Calon bapak filsafat |
1. Arti
filsafat
Apakah
filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama
yang
kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah
"filsafat"
dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
a. Segi
semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah',
yang
berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' =
cinta,
suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi
'philosophia'
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran.
Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi
bijaksana.
Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher',
dalam
bahasa Arabnya 'failasuf".
Pecinta
pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan
hidupnya,
atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
b. Segi
praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti
'alam
pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun
tidak
semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir
secara
mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa
"setiap
manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua
manusia
berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab
tidak
semua manusia yang berpikir adalah filsuf.
Filsuf
hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh
dan mendalam.
Tegasnya:
Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan
memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata
lain:
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat
kebenaran
segala sesuatu.
Beberapa
definisi
Kerana
luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil
kalau
banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara
berbeda-beda.
Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf
Barat
dan Timur di bawah ini:
a. Plato
(427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid
Socrates
dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan
tentang
segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
yang
asli).
b.
Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua
pengetahuan
yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu
metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika
(filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala benda).
c.
Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi,
merumuskan:
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan
usaha-usaha
untuk mencapainya.
d.
Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,
mengatakan
: Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
e.
Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat,
mengatakan
: Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencakup
di dalamnya empat persoalan, yaitu:
"
apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
"
apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
"
sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
f. Prof.
Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat
adalah
suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya
suatu
gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan
jalan
penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada
kesimpulan-kesimpulan
yang universal.
g. Drs
H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta
dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan
bagaimana
sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Kesimpulan
Setelah
mempelajari rumusan-rumusan tersebut di atas dapatlah disimpulkan
bahwa:
a.
Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah
yang
tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana
masalah-masalah
tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
b.
Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahami
atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis
hakikat
sarwa yang ada, yaitu:
"
hakikat Tuhan,
"
hakikat alam semesta, dan
"
hakikat manusia,
serta
sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Perlu
ditambah
bahwa definisi-definisi itu sebenarnya tidak bertentangan, hanya
cara
mengesahkannya saja yang berbeda.
2. Cara
membatasi filsafat
Kerana
sangat luasnya lapangan ilmu filsafat, maka menjadi sukar pula
orang
mempelajarinya, dari mana hendak dimulai dan bagaimana cara
membahasnya
agar orang yang mempelajarinya segera dapat mengetahuinya.
Pada
zaman modern ini pada umunya orang telah sepakat untuk mempelajari
ilmu
filsafat itu dengan dua cara, yaitu dengan memplajari sejarah
perkembangan
sejak dahulu kala hingga sekarang (metode historis), dan
dengan
cara mempelajari isi atau lapangan pembahasannya yang diatur dalam
bidang-bidang
tertentu (metode sistematis).
Dalam
metode historis orang mempelajari perkembangan aliran-aliran
filsafat
sejak dahulu kala sehingga sekarang. Di sini dikemukakan riwayat
hidup
tokoh-tokoh filsafat di segala masa, bagaimana timbulnya aliran
filsafatnya
tentang logika, tentang metafisika, tentang etika, dan tentang
keagamaan.
Seperti juga pembicaraan tentang zaman purba dilakukan secara
berurutan
(kronologis) menurut waktu masing masing.
Dalam
metode sistematis orang membahas langsung isi persoalan ilmu
filsafat
itu dengan tidak mementingkan urutan zaman perjuangannya
masing-masing.
Orang membagi persoalan ilmu filsafat itu dalam
bidang-bidang
yang tertentu. Misalnya, dalam bidang logika dipersoalkan
mana
yang benar dan mana yang salah menurut pertimbangan akal, bagaimana
cara
berpikir yang benar dan mana yang salah. Kemudian dalam bidang etika
dipersoalkan
tentang manakah yang baik dan manakah yang baik dan manakah
yang
buruk dalam pembuatan manusia. Di sini tidak dibicarakan
persoalan-persoalan
logika atau metafisika. Dalam metode sistematis ini
para
filsuf kita konfrontasikan satu sama lain dalam bidang-bidang
tertentu.
Misalnya dalam soal etika kita konfrontasikan saja pendapat
pendapat
filsuf zaman klasik (Plato dan Aristoteles) dengan pendapat
filsuf
zaman pertengahan (Al-Farabi atau Thimas Aquinas), dan pendapat
filsuf
zaman 'aufklarung' (Kant dan lain-lain) dengan pendapat-pendapat
filsuf
dewasa ini (Jaspers dan Marcel) dengan tidak usah mempersoalkan
tertib
periodasi masing-masing. Begitu juga dalam soal-soal logika,
metafisika,
dan lain-lain.
3. Cabang-cabang
filsafat
Telah
kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang mencakup semua
ilmu
khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus
itu satu
demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat. Mula-mula
matematika
dan fisika melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu
lain.
Adapun psikologi baru pada akhir-akhir ini melepaskan diri dari
filsafat,
bahkan di beberapa insitut, psikologi masih terpaut dengan
filsafat.
Setelah
filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata ia tidak
mati,
tetapi hidup dengan corak baru sebagai 'ilmu istimewa' yang
memecahkan
masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang
menjadi
pertanyaan ialah : apa sajakah yang masih merupakan bagian dari
filsafat
dalam coraknya yang baru ini? Persoalan ini membawa kita kepada
pembicaraan
tentang cabang-cabang filsafat.
Ahi
filsafat biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda. Cuba
perhatikan
sarjana-sarjana filsafat di bawah ini:
1. H. De
Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut:
"
metafisika,
"
logika,
"
ajaran tentang ilmu pengetahuan
"
filsafat alam
"
filsafat sejarah
"
etika,
"
estetika, dan
"
antropologi.
2. Prof.
Albuerey Castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi enam
bagian,
yaitu:
"
masalah teologis
"
masalah metafisika
"
masalah epistomologi
"
masalah etika
"
masalah politik, dan
"
masalah sejarah
3 Dr.
Richard H. Popkin dan Dr Avrum Astroll dalam buku mereka, Philosophy
Made
Simple, membagi pembahasan mereka ke dalam tujuh bagian, yaitu:
"
Section I Ethics
" Section
II Political Philosophy
"
Section III Metaphysics
"
Section IV Philosophy of Religion
"
Section V Theory of Knowledge
"
Section VI Logics
"
Secton VII Contemporary Philosophy,
4. Dr.
M. J. Langeveld mengatakan: Filsafat adalah ilmu Kesatuan yang
terdiri
atas tiga lingkungan masalah:
"
lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya)
"
lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan,
logika)
"
lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yang bernilai
berdasarkan religi)
5.
Aristoteles, murid Plato, mengadakan pembagian secara kongkret dan
sistematis
menjadi empat cabang, yaitu:
a)
Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat.
b)
Filsafat teoretis. Cabang ini mencangkup:
" ilmu fisika yang mempersoalkan dunia
materi dari alam nyata ini,
" ilmu matematika yang mempersoalkan
hakikat segala sesuatu dalam
kuantitasnya,
" ilmu metafisika yang mempersoalkan
hakikat segala sesuatu. Inilah yang
paling utama dari filsafat.
c)
Filsafat praktis. Cabang ini mencakup:
" ilmu etika. yang mengatur kesusilaan
dan kebahagiaan dalam hidup
perseorang
" ilmu ekonomi, yang mengatur
kesusilaan dan kemakmuran di dalam negara.
d)
Filsafat poetika (Kesenian).
Pembagian
Aristoteles ini merupakan permulaan yang baik sekali bagi
perkembangan
pelajaran filsafat sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari
secara
teratur. Ajaran Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika, hingga
sekarang
masih menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang dikagumi dan
dipergunakan.
Walaupun
pembagian ahli yang satu tidak sama dengan pembagian ahli-ahli
lainnya,
kita melihat lebih banyak persamaan daripada perbedaan. Dari
pandangan
para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat
dalam
coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika,
logika,
etika, estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus
lainnya.
1.
Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat
yang bersifat transenden, di luar jangkauan
pengalaman manusia.
2.
Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
3.
Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
4.
Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
5.
Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
6.
Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia,
filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat
alam, filsafat pendidikan, dan
sebagainya.
Seperti
telah dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan
pembahasannya.
Yang ditujunya ialah mencari hakihat kebenaran dari segala
sesuatu,
baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika),
maupun
dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya
menjadi
apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu (maya).
Dari
tinjauan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
tiap-tiap
pembagian sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini
lapangan-lapangan
yang paling utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di
sekitar
logika, metafisika, dan etika.
4.
Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat
Menurut
Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam
semesta,
maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan
tujuan
seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi
dan
ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan
(understanding
and wisdom).
Dr Oemar
A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan
filsafat
memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan
manusia
akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
S.
Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan
ketenangan
pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam
tujuannya
yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran,
kemuliaan,
malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang
lain.
Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya
baginya,
itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia,
berfilsafat
itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya,
senetral-netralnya
dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab
terhadap
dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun
kebenaran.
Radhakrishnan
dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas
filsafat
bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup,
melainkan
membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan
nilai,
menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan
baru.
Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk
menompang
dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan
penggolongan-penggolongan
berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan
keagamaan
mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada
artinya
sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya
maupun
dalam semangatnya.
Studi
filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan
keagamaan
atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat
mendukung
kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut
tidak
bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang
dogmatis.
Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan,
pengabdian,
perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Berbeda
dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat
adalah
untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa
filsafat
tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam
hidup
sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan
kepadanya
dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara
baik.
Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara
baik.
Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat
menjadi
manusia yang baik dan bahagia.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari
hakikat
kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika
(berperilaku),
maupun metafisik (hakikat keaslian).
5.
Aliran-aliran dalam filsafat
Aliran-aliran
yang terdapat dalam filsafat sangat banyak dan kompleks. Di
bawah
ini akan kita bicarakan aliran metafisika, aliran etika, dan
aliran-aliran
teori pengetahuan.
a.
Aliran-aliran metafisika
Menurut
Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi dua
golongan
besar, yaitu (1) yang mengenai kuantitas (jumlah) dan (2) yang
mengenai
kualitas (sifat).Yang mengenai kuantitas terdiri atas (a)monisme,
(b)
dualisme, dan (c) pluralisme. Monisme adalah aliran yang mengemukakan
bahwa
unsur pokok segala yang ada ini adalah esa (satu). Menurut
Thales:
air menurut Anaximandros: 'apeiron' menurut
Anaximenes:
udara. Dualisme adalah aliran yang berpendirian bahwa unsur
pokok
sarwa yang ada ini ada dua, yaitu roh dan benda. Pluralisme adalah
aliran
yang berpendapat bahwa unsur pokok hakikat kenyataan ini
banyak.
Menurut Empedokles: udara, api, air dan tanah.
Yang
mengenai kualitas dibagi juga menjadi dua bagian besar, yakni
(a) yang
melihat hakikat kenyataan itu tetap, dan (b) yang melihat hakikat
kenyataan
itu sebagai kejadian.
Yang
termasuk golongan pertama (tetap) ialah:
"
Spiritualisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh.
"
Materialisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat
materi.
Yang
termasuk golongan kedua (kejadian) ialah:
"
Mekanisme, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian di dunia ini
berlaku
dengan sendirinya menurut hukum sebab-akibat.
"
Aliran teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian yang
satu berhubungan dengan kejadian yang lain,
bukan oleh hukum sebab-akibat,
melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama.
"
Determinisme, yaitu aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu
tidak merdeka dalam mengambil putusan-putusan
yang penting, tetapi sudah
terpasti lebih dahulu.
"
Indeterminisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu
bebas dalam arti yang seluas-luasnya.
b.
Aliran-aliran etika
Aliran-aliran
penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah:
1) Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yang
beranggapan bahwa
kebahagiaan manusia itu diperoleh dengan
menurutkan panggilan natural
(fitrah) kejadian manusia sekali.
2) Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yang
berpendapat bahwa perbuatan
susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan
'hedone' (kenikmatan dan
kelazatan).
3) Aliran etika utilitarianisme, yaitu aliran
yang menilai baik dan
buruknya perbuatan manusia ditinjau dari
kecil dan besarnya manfaat bagi
manusia (utility = manfaat).
4) Aliran etika idealisme, yaitu aliran yang
menilai baik buruknya
perbuatan manusia janganlah terikat pada
sebab-musabab lahir, tetapi
haruslah didasarkan atas prinsip kerohanian
(idea) yang lebih tinggi.
5) Aliran etika vitalisme, yaitu aliran yang
menilai baik-buruknya
perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada
atau tidak adanya daya hidup
(vital) yang maksimum mengendalikan
perbuatan itu.
6) Aliran etika theologis, yaitu aliran yang
berkeyakinan bahwa ukuran
baik dan buruknya perbuatan manusia itu
dinilai dengan sesuai atau tidak
sesuainya dengan perintah Tuhan (Theos =
Tuhan).
c.
Aliran-aliran teori pengetahuan
Aliran
ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mendapat
pengetahuannya
sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku.
Pertama,
golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan. Termasuk
ke
dalamnya:
"
Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan
manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa
manusia.
"
Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu
berasal dari pengalaman manusia, dari dunia
luar yang ditangkap
pancainderanya.
"
Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu berasal dari luar
maupun dari jiwa manusia itu
sendiri.
"
Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia. Termasuk
ke dalamnya:
"
Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu
adalah gambar yang baik dan tepat dari
kebenaran dalam pengetahuan yang
baik tergambarkan kebenaran seperti
sungguh-sungguhnya ada.
"
Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak
lain daripada kejadian dalam jiwa manusia,
sedangkan kenyataan yang
diketahui manusia itu sekaliannya terletak di
luarnya.
d.
Aliran-aliran lainnya dalam filsafat
Di
samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam
filsafat.
Aliran-aliran itu antara lain ialah:
1) Eksistensialisme, yaitu aliran yang
berpendirian bahwa filsafat harus
bertitik tolak pada manusia yang kongkret,
yaitu manusia sebagai
eksistensi, dan sehubungan dengan titik
tolak ini. maka bagi manusia
eksistensi itu mendahului esensi.
2) Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan
bahwa benar dan tidaknya
sesuatu ucapan, dalil, atau teori,
semata-mata bergantung pada berfaedah
atau tidaknya ucapan, dalil atau teori
tersebut bagi manusia untuk
bertindak di dalam kehidupannya.
3) Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat
bahwa hasrat yang kuat
untuk mengerti yang sebenarnya dan
keyakinan bahwa pengertian itu dapat
dicapai jika kita mengamati fenomena atau
pertemuan kita dengan realitas.
4) Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian
bahwa filsafat hendaknya
semata-mata berpangkal pada peristiwa yang
positif, artinya
peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.
5) Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang
berpendapat bahwa berfilsafat
barulah mungkin jika rasio dipadukan dengan
seluruh kepribadian sehingga
filsafat itu tidak hanya hal yang mengenai
berpikir saja, tetapi juga
mengenai ada, yang mengikutkan kehendak,
hati, dan iman, pendeknya seluruh
hidup.
6.
Filsafat, agama, dan ilmu pengetahuan
a.
Filsafat dan agama
Dalam
buku Filsafat Agama karangan Dr. H. Rosjidi diuraikan tentang
perbedaan
filsafat dengan agama, sebab kedua kata tersebut sering dipahami
secara
keliru.
Filsafat
1)
Filsafat berarti berpikir, jadi yang penting ialah ia dapat berpikir.
2)
Menurut William Temple, filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk
memahami.
3) C.S.
Lewis membedakan 'enjoyment' dan 'contemplation', misalnya
laki-laki mencintai perempuan. Rasa cinta
disebut 'enjoyment', sedangkan
memikirkan rasa cintanya disebut
'contemplation', yaitu pikiran si pecinta
tentang rasa cintanya itu.
4)
Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang.
5) Filsafat
dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan jernih
dan dapat dilihat dasarnya.
6)
Seorang ahli filsafat, jika berhadapan dengan penganut aliran atau
paham lain, biasanya bersikap lunak.
7)
Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering
mengeruhkan pikiran pemeluknya.
8) Ahli
filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan
argumen, walaupun argumenya sendiri.
Agama
1) Agama
berarti mengabdikan diri, jadi yang penting ialah hidup secara
beragama sesuai dengan aturan-aturan agama
itu.
2) Agama
menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan
hubungan manusia dengan Tuhan.
3) Agama
dapat dikiaskan dengan 'enjoyment' atau rasa cinta seseorang,
rasa pengabdian (dedication) atau 'contentment'.
4) Agama
banyak berhubungan dengan hati.
5) Agama
dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan
dengan gemuruhnya.
6)
Agama, oleh pemeluk-pemeluknya, akan dipertahankan dengan
habis-habisan, sebab mereka telah terikat dn
mengabdikan diri.
7)
Agama, di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan
pengabdian diri, juga mempunyai efek yang
menenangkan jiwa pemeluknya.
8)
Filsafat penting dalam mempelajari agama.
Demikianlah
antara lain perbedaan yang terdapat dalam filsafat dan agama
menurut
Dr. H. Rosjidi.
b.
Filsafat dan ilmu pengetahuan
Apakah
hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan? Oleh Louis
Kattsoff
dikatakan: Bahasa yang pakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan
dalam
beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam
filsafat
mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukanya di
dalam
ilmu pengetahuan. Namun, apa yang harus dikatakan oleh seorang
ilmuwan
mungkin penting pula bagi seorang filsuf.
Pada
bagian lain dikatakan: Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan
pokok yang kita ajukan harus memperhatikan
hasil-hasil
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan
rahasia
alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai
alam
kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari
ilmu
pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode
ilmu
pengetahuan.
Dalam
hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi
filsafat
dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang
sangat
perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga
filsuf.
Para filsuf terlatih di dalam metode ilmiah, dan sering pula
menuntut
minat khusus dalam beberapa ilmu sebagai berikut:
1)
Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan,
sebagaimana juga filsuf identik dengan
ilmuwan.
2) Objek
material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objek material
filsafat adalah alam, manusia dan ketuhanan.
c.
Bedanya filsafat dengan ilmu-ilmu lain.
1)
Filsafat menyelidiki, membahas, serta memikirkan seluruh alam
kenyataan, dan menyelidiki bagaimana
hubungan kenyataan satu sama
lain. Jadi ia memandang satu kesatuan yang
belum dipecah-pecah serta
pembahasanya secara kesuluruhan. Sedangkan
ilmu-ilmu lain atau ilmu vak
menyelidiki hanya sebagian saja dari alam
maujud ini, misalnya ilmu hayat
membicarakan tentang hewan, tumbuh-tumbuhan
dan manusia; ilmu bumi
membicarakan tentang kota, sungai, hasil
bumi dan sebagainya.
2)
Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab-akibat, tetapi
menyelidiki hakikatnya sekaligus. Sedangkan
ilmu vak membahas tentang
sebab dan akibat suatu peristiwa.
3) Dalam
pembahasannya filsafat menjawab apa ia sebenarnya, dari mana
asalnya, dan hendak ke mana perginya.
Sedangkan ilmu vak harus menjawab
pertanyaan bagaimana dan apa sebabnya.
Sebagian
orang menganggap bahwa filsafat merupakan ibu dari ilmu-ilmu
vak.
Alasannya ialah bahwa ilmu vak sering menghadapi kesulitan dalam
menentukan
batas-batas lingkungannya masing-masing. Misalnya batas antara
ilmu
alam dengan ilmu hayat, antara sosiologi dengan
antropologi.
Ilmu-ilmu itu dengan sendirinya sukar menentukan batas-batas
masing-masing.
Suatu instansi yang lebih tinggi, yaitu ilmu filsafat,
itulah
yang mengatur dan menyelesaikan hubungan dan perbedaan batas-batas
antara
ilmu-ilmu vak tersebut.
7.
Rangkuman
Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu, dengan
mencari
sebab-sebab terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri.
Ilmu
pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu
(objek
atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan
memberikan
penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan
sebab-sebab
hal itu.
Jadi
berarti ada metode, ada sistem, ada satu pandangan yang dipersatukan
(memberi
sintesis), dan yang dicari ialah sebab-sebabnya. Demikian
filsafat
mempunyai metode dan sistem sendiri dalam usahanya untuk mencari
hakikat
dari segala sesuatu, dan yang dicari ialah sebab-sebab yang
terdalam.
Ilmu-ilmu pengetahuan dirinci menurut lapangan atau objek dan
sudut
pandangan. Objek dan sudut pandangan filsafat disebut juga dalam
definisinya,
yaitu "segala sesuatu".
Lapangan
filsafat sangat jelas; ia meliputi segala apa yang
ada.
Pertanyaan-pertanyaan kita itu mengenai kesemuanya yang ada, tak ada
yang
dikecualikan. Hal-hal yang tidak kentara pun (seperti jiwa manusia,
kebaikan,
kebenaran, bahkan Tuhan sendiri pun) dipersoalkan. Lapangan yang
sangat
luas ini nanti kita bagi-bagi ke dalam beberapa lapangan pokok.
Sebab-sebab
yang terdalam
Dengan
ini ditunjuk sudut pandangan, aspek khusus, sudut khusus yang
dipelajari
dalam segala sesuatu itu. Sudut pandangan (juga disebut "object
formal")
ini yang membedakan berbagai ilmu pengetahuan yang mengenai objek
atau
lapangan yang sama. Misalnya ilmu kedoktoran mempelajari manusia
dilihat
dari sudut tubuhnya yang sakit dan harusnya disembuhkan, sosiologi
mempelajari
manusia dalam sudut kemasyarakatan. Demikianlah filsafat
mempelajari
dalam segala sesuatu itu ialah keterangan yang penghabisan,
yang
terakhir, dan terdalam, sampai habis, sampai pada sebab yang
terakhir.
Yang kita cari ialah kebijaksanaan, hakikat dari seluruh
kenyataan,
intisari dan esensi dari semua yang ada.
Kekuatan
pikiran manusia sendiri
Dengan
ini ditunjuk alat yang kita gunakan dalam usaha kita untuk mencapai
kebijaksanaan
itu, yaitu pikiran kita sendiri. Ini membedakan filsafat
dari
teologi (ilmu ke-Allahan) yang juga mengenai segala sesuatu, tetapi
yang
berdasarkan wahyu Tuhan. Filsafat tidak berdasarkan wahyu Tuhan,
tidak
meminta pertolongan dari Kitab Suci, tetapi berdasarkan asas-asas
dan
dasar-dasarnya hanya dengan cara analisis-analisis oleh pikiran kita
sendiri.
Justru karena itu, filsafat dapat merumuskan hukum-hukum yang
berlaku
umum, bagi setiap orang, terserah agama mana yang dianutnya. Akan
tetapi,
ini pun kelemahan filsafat: jika hanya filsafat saja yang cukup
dipakai
sebagai pegangan hidup, pandangan hidup, maka ini tidak cukup,
sebab
banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan 100% memuaskan
oleh
filsafat, sedangkan filsafat sendiri dalam usahanya mencari hakikat
dari
seluruh kenyataan menunjuk kepada Tuhan sebagai sumber terakhir dan
sebab
pertama. (Jadi, sebetulnya filsafat dan agama !! tidak bertentangan,
tetapi
saling melengkapi).
+++
Karena
sangat luasnya lapangan yang diselidiki dan sulit serta
berbelit-belitnya
soal-soal yang dihadapi maka lapangan yang sangat luas
ini
dibagi-bagi ke dalam beberapa lapangan pokok agar penyelidikan dapat
dilakukan
dengan sistemis dan baik.
Pembagian
ini diadakan secara induksi, yaitu dengan melihat dulu
persoalan-persoalan
mana yang timbul dan minta diselesaikan.
a.
Tentang pengetahuan (alat untuk mencapai 'insight' itu)
1)
Logika formal (logic)
Membentangkan
hukum-hukum yang harus ditaati agar kita berpikir dengan
lurus
dan baik dan dapat mencapai kebenaran. Ini akan dipelajari lebih
lanjut
dalam masa akan datang.
2)
Kritika atau logika material (epistemology)
Memandangkan
isi pengetahuan kita, sumber-sumbernya, proses terjadinya
pengetahuan,
dan memberikan pertanggungjawaban tentang kemungkinan dan
batas-batas
pengetahuan kita (soal kekeliruan, kepastian, dan sebagainya).
b.
Tentang pertanyaan dan sebab-sebabnya yang terdalam
3) Metafisika
(ontology/metaphysics)
Mengupas
apa ertinya "ada" itu, apa tujuannya, apa sebab-sebabnya, dan
mencari
hakikat dari semua barang yang ada (hylemorphisme)
4)
Theodycea atau teologia naturalis (natural theology)
Merupakan
konsekuensi terakhir dari penyelidikan filsafat, dengan
menunjukkan
sebab pertama dan tujuan terakhir; mencari berdasarkan
kekuatan
pikiran manusia sendiri bukti-bukti tentang adanya Tuhan,
sifat-sifat-Nya,
dan hubunganNya dengan dunia.
c.
Tentang manusia dan dunia
5)
Filsafat tentang manusia (philosophy of man)
(Juga
sering disebut antropologia metafisika atau psikologia
metafisika).
Ini merupakan inti dan pangkalan dari seluruh filsafat: Orang
mengetahui
tentang "ada" itu dari adanya sendiri. Maka diselidiki apa
kodrat
(nature) manusia itu, bagaimana susunannya atas badan dan jiwa,
bagaimana
terjadinya pengetahuan, apa kehendak bebas, apa arti dan peranan
keinderaan
dan perasaan, apa arti kepribadian, dan sebagainya.
6)
Kosmologia (philosophy of nature)
Mempersoalkan
dunia material, susunannya, aturannya, mencari hakikat dari
waktu
dan tempat, gerakan, hidup, dan sebagainya.
d.
Tentang kesusilaan
7) Etika
atau filsafat moral (ethics)
Membentangkan
apa yang baik, apa yang buruk, apa ukuran-ukurannya,
bagaimana
dan mengapa manusia terikat oleh aturan-aturan ke susilaan,
bagaimana
kita dipimpin oleh suara batin, bagaimana tujuan hidup dapat
kita
capaui, dan sebagainya.
8) Etika
sosial
Merupakan
bagian dari etika yang sangat penting pula, taitu yang
membicarakan
norma-norma hidup kemasyarakatan (keluarga, negara
internasional).
e.
Lain-lain
Lapangan-lapangan
yang tersebut di atas merupakan lapangan-lapangan pokok
dari
filsafat. Di samping. Di samping itu ada beberapa lapangan yang
penting
pula, yang merupakan rincian legih lanjut, penerapan asa-asas
filsafat
pada lapangan-lapangan hidup tertentu. Antara lain: asas-asas
filsafat
pada lapangan-lapangan hidup tertentu. Antara lain:
"
filsafat kebudayaan (kombinasi etika dan filsafat tentang manusia).
"
filsafat kesenian atau estetika, praktis
"
filsafat hukum
"
filsafat tentang sejarah, bahasa, ekonomi, teknik, agama, kerja dan
lain-lain.
+++
Kepentingan
filsafat
Akhirnya
sepatah kata tentang kepentingan filsafat. Filsafat sering
dianggap
teori belaka, yang jauh dari kenyataan hidup konkret. Akan
tetapi,
filsafat ada segi praktisnya juga. Sikap dan pandangan yang
dipertanggungjawabkan,
seperti yang kita cari dalam filsafat, dengan
sendirinya
akan mempengaruhi sikap kita praktis juga. Kebijaksanaan tidak
hanya
berarti "pengetahuan yang mendalam", tetapi juga "sikap hidup
yang
benar",
yang tepat, sesuai dengan pengetahuan yang telah dicapai itu.
Ini
nampak dengan jelas terutama pada pelajaran etika dan logika yang
bersama-sama
memberikan pegangan dan bimbingan kepada pikiran dan kepada
kehendak,
agar hidup dengan 'benar' dan 'baik'. maka konkretnya:
1)
Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri: dengan
berpikir
lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian
kita.
Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita untuk berpikir
untuk
hidup sesadar-sadarnya, dan memberikan isi kepada hidup kita
sendiri.
2)
Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan
memecahkan
persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup
secara
"dangkal" saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi
melihat
pemecahnya. Dalam filsafat kita dilatih melihat dulu apa yang
menjadi
persoalan, dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkannya.
3)
Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung "akuisme" dan
"aku-sentrisme"
(dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan
kepentingan
dan kesenangan si aku).
4)
Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga kita tak
hanya
ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap
semboyan
dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa
yang
dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, "berdiri-sendiri",
dengan
cita-cita mencari kebenaran.
5)
Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri
(terutama
dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya,
seperti
sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
LATIHAN
1. Apa
erti kata filsafat? Mengapa ahli filsafat disebut filsuf?
2. Apa
ertinya kebijaksanaan itu?
3.
Mengapa kiranya filsafat harus dilakukan dengan aktif?
4.
Terangkanlah: kebenaran adalah permulaan filsafat!
5.
Uraikanlah soal-soal mana saja yang dapat timbul bagi seorang yang
hidup dengan sadar akan dirinya sendiri!
6.
Apakah benar jika dikatakan bahwa sebetulnya setiap orang adalah ahli
filsafat?
7.
Berikanlah definisi filsafat dan terangkanlah erti kata-katanya
masing-masing!
8. Apa
objek filsafat, dan apa sudut pandangannya?
9.
Uraikanlah tentang pembagian filsafat! Mengapa lapangan filsafat
dibagi-bagi, dan mengapa dibagi-bagi
demikian?
10.Apakah
yang dibicarakan dalam logika, kosmologi, etika sosial?
11.Bagaimanakah
soal-soal tentang kesusilaan dapat membawa manusia untuk
berfilsafat?
SEJARAH
FILSAFAT KUNO
1.
Filsafat Yunani
Para
sarjana filsafat mengatakan bahwa mempelajari filsafat Yunani
berarti
menyaksikan kelahiran filsafat. Karena
itu tidak ada pengantar
filsafat
yang lebih ideal dari pada study perkembangan pemikiran filsafat
di
negeri Yunani. Alfred Whitehead
mengatakan tentang Plato:
"All
Western phylosophy is but a series of footnotes to Plato". Pada
Plato
dan filsafat Yunani umumnya dijumpai problem filsafat yang masih
dipersoalkan
sampai hari ini. Tema-tema filsafat
Yunani seperti ada,
menjadi,
substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan, Allah dan
dunia
merupakan tema-tema bagi filsafat seluruhnya.
Filsuf-
Filsuf Pertama
Ada tiga
filsuf dari kota Miletos yaitu Thales, Anaximandros dan
Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh perhatian
pada alam dan
kejadian-kejadian
alamiah, terutama tertarik pada adanya perubahan yang
terus
menerus di alam. Mereka mencari suatu
asas atau prinsip yang tetap
tinggal
sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya
itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah
air, Anaximandros
berpendapat
to apeiron atau yang tak terbatas sedangkan Anaximenes
menunjuk
udara.
Thales
juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang
bumi,
Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya
dengan
jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai
kehidupan
bahwa semua makhluk hidup berasal dari air dan bentuk hidup yang
pertama
adalah ikan. dan manusia pertama tumbuh dalam perut
ikan.
Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang
mengemukakan
persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam
semesta
ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
Filosof
berikutnya yang perlu diperkenalkan adalah
Pythagoras.
Ajaran-ajarannya yang pokok adalah pertama dikatakan bahwa
jiwa
tidak dapat mati. Sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam
hewan,
dan setelah hewan itu mati jiwa itu pindah lagi dan
seterusnya.
Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari
reinkarnasi
itu. Kedua dari penemuannya terhadap interval-interval
utama
dari
tangga nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan
bilangan-bilangan,
Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai
oleh
hukum matematis. Bahkan katanya segala-galanya adalah
bilangan.
Ketiga mengenai kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama
kalinya,
bahwa jagat raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api),
sebagaimana
perapian merupakan pusat dari sebuah rumah.
Pada
jaman Pythagoras ada Herakleitos Di kota Ephesos dan menyatakan
bahwa
api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang perubahan,
karena
api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu
sementara
apinya sendiri tetap menjadi api. Herakleitos juga berpandangan
bahwa di
dalam dunia alamiah tidak sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu
yang ada
sedang menjadi. Pernyataannya yang masyhur "Pantarhei kai uden
menei"
yang artinya semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang
tinggal
tetap.
Filosof
pertama yang disebut sebagai peletak dasar metafisika adalah
Parmenides. Parmenides berpendapat bahwa yang ada ada,
yang tidak ada
tidak
ada. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah yang ada 1) satu dan
tidak
terbagi, 2) kekal, tidak mungkin ada perubahan, 3) sempurna, tidak
bisa
ditambah atau diambil darinya, 4) mengisi segala tempat, akibatnya
tidak
mungkin ada gerak sebagaimana klaim Herakleitos. Para filsuf
tersebut
dikenal sebagai filsuf monisme yaitu pendirian bahwa realitas
seluruhnya
bersifat satu karena terdiri dari satu unsur saja.
Para
Filsuf berikut ini dikenal sebagai filsuf pluralis, karena
pandangannya
yang menyatakan bahwa realitas terdiri dari banyak
unsur. Empedokles menyatakan bahwa realitas terdiri
dari empat rizomata
(akar)
yaitu api, udara, tanah dan air. Perubahan-perubahan yang terjadi
di alam
dikendalikan oleh dua prinsip yaitu cinta (Philotes) dan benci
(Neikos).
Empedokles juga menerangkan bahwa pengenalan
(manusia)
berdasarkan prinsip yang sama mengenal yang sama. Pruralis yang
berikutnya
adalah Anaxagoras, yang mengatakan bahwa realitas adalah
terdiri
dari sejumlah tak terhingga spermata (benih). Berbeda dari
Empedokles
yang mengatakan bahwa setiap unsur hanya memiliki kualitasnya
sendiri
seperti api adalah panas dan air adalah basah, Anaxagoras
mengatakan
bahwa segalanya terdapat dalam segalanya.
Karena itu rambut
dan kuku
bisa tumbuh dari daging. Perubahan yang
membuat benih-benih
menjadi
kosmos hanya berupa satu prinsip yaitu Nus yang berarti roh atau
rasio. Nus tidak tercampur dalam benih-benih dan Nus mengenal serta
mengusai
segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras
dikatakan sebagai filsuf
pertama
yang membedakan antara "yang ruhani" dan "yang jasmani".
Pluralis
Leukippos dan Demokritos juga disebut sebagai filsuf
atomis. Atomisme mengatakan bahwa realitas terdiri
dari banyak unsur yang
tak
dapat dibagi-bagi lagi, karenanya unsur-unsur terakhir ini disebut
atomos.
Lebih lanjut dikatakan bahwa atom-atom dibedakan melalui tiga
cara:
(seperti A dan N), urutannya (seperti AN dan NA) dan posisinya
(seperti
N dan Z). Jumlah atom tidak berhingga dan tidak mempunyai
kualitas,
sebagaimana pandangan Parmenides atom-atom tidak dijadikan dan
kekal.
Tetapi Leukippos dan Demokritos menerima ruang kosong sehingga
memungkinkan
adanya gerak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa realitas
seluruhnya
terdiri dari dua hal: yang penuh yaitu atom-atom dan yang
kosong.
Menurut
Demokritos jiwa juga terdiri dari atom-atom. Menurutnya
proses
pengenalan manusia tidak lain sebagai interaksi antar atom. Setiap
benda
mengeluarkan eidola (gambaran-gambaran kecil yang terdiri dari
atom-atom
dan berbentuk sama seperti benda itu).
Eidola ini masuk ke
dalam
panca indra dan disalurkan kedalam jiwa yang juga terdiri dari
atom-atom
eidola. Kualitas-kualitas yang manis, panas, dingin dan
sebagainya,
semua hanya berkuantitatif belaka. Atom jiwa bersentuhan
dengan
atom licin menyebabkan rasa manis, persentuhan dengan atom kesat
menimbulkan
rasa pahit sedangkan sentuhan dengan atom berkecepatan tinggi
menyebabkan
rasa panas, dan seterusnya.
Kaum
Sofis dan Socrates
Filsafat
dalam periode ini ditandai oleh ajarannya yang
"membumi"
dibandingkan ajaran-ajaran filsuf sebelumnya. Seperti dikatakan
Cicero
--sastrawan Roma-- bahwa Socrates telah
memindahkan
filsafat
dari langit ke atas bumi. Maksudnya,
filsuf pra-Socrates
mengkonsentrasikan
diri pada persoalan alam semesta sedangkan Socrates
mengarahkan
obyek penelitiannya pada manusia di atas bumi.
Hal ini juga
diikuti
oleh para sofis. Seperti telah disebutkan di depan, sofis
(sophistes)
mengalami kemerosotan makna. Sophistes digunakan untuk
menyebut
guru-guru yang berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peran
penting
dalam masyarakat. Dalam dialog
Protagoras, Plato mengatakan bahwa
para
sofis merupakan pemilik warung yang menjual barang ruhani.
Sofis
pertama adalah Protagoras, menurutnya manusia ialah ukuran
segala-galanya. Pandangan ini bisa disebut
"relativisme" artinya
kebenaran
tergantung pada manusia. Berkaitan
dengan relativisme ini maka
diperlukan
seni berdebat yang memungkinkan orang membuat argumen yang
paling
lemah menjadi paling kuat. Ajarannya tentang negara mengatakan
bahwa
setiap negara mempunyai adat kebiasaan sendiri; seorang dewa
berkunjung
kepada manusia dan memberi anugerah --keinsyafan akan keadilan
dan
aidos hormat pada orang lain-- yang memungkinkan manusia dapat hidup
bersama.
Filsuf berikutnya adalah Gorgias yang mempertahankan tiga
pendiriannya;
1) Tidak ada sesuatupun, 2) Seandainya sesutu tidak ada,
maka ia
tidak dapat dikenali, 3) Seandainya sesuatu dapat dikenali, maka
hal itu
tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Sofis Hippias
berpandangan
bahwa Physis (kodrat) manusia merupakan dasar dari tingkah
laku
manusia dan susunan masyarakat, bukannya undang-undang (nomos) karena
undang-undang
sering kali memperkosa kodrat manusia.
Sofis Prodikos
mengatakan
bahwa agama merupakan penemuan manusia.
Sedangkan Kritias
berpendapat
bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa negara yang
licik.
Sebagaimana
para sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertitik
tolak
dari pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret. Perbedaannya
terletak
pada penolakan Socrates terhadap relatifisme yang pada umumnya
dianut
para sofis. Menurut Socrates tidak benar
bahwa yang baik itu baik
bagi
warga negara Athena dan lain lagi bagi warga negara Sparta. Yang baik
mempunyai
nilai yang sama bagi semua manusia, dan harus dijunjung tinggi
oleh
semua orang. Pendirinya yang terkenal adalah pandangannya yang
menyatakan
bahwa keutamaan (arete) adalah pengetahuan, pandangan ini
kadang-kadang
disebut intelektualisme etis. Dengan demikian Socrates
menciptakan
suatu etika yang berlaku bagi semua manusia. Sedang ilmu
pengetahuan
Socrates menemukan metode induksi dan memperkenalkan
definisi-definisi
umum.
Plato.
Hampir
semua karya Plato ditulis dalam bentuk dialog dan Socrates diberi
peran
yang dominan dalam dialog tersebut. Sekurang-kurangnya ada dua
alasan
mengapa Plato memilih yang begitu.
Pertama, sifat karyanya
Socratik --Socrates berperan sentral-- dan diketahui
bahwa Socrates tidak
mengajar
tetapi mengadakan tanya jawab dengan teman-temannya di
Athena.
Dengan demikian, karya plato dapat dipandang sebagai monumen bagi
sang
guru yang dikaguminya. Kedua, berkaitan
dengan anggapan plato
mengenai
filsafat. Menurutya, filsafat pada
intinya tidak lain daripada
dialog,
dan filsafat seolah-olah drama yang hidup, yang tidak pernah
selasai
tetapi harus dimulai kembali.
Ada tiga
ajaran pokok dari Plato yaitu tentang idea, jiwa dan proses
mengenal. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua
yaitu inderawi yang
selalu
berubah dan dunia idea yang tidak pernah berubah. Idea merupakan
sesuatu
yang obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya
pikiran
tergantung pada idea-idea tersebut. Idea-idea berhubungan dengan
dunia
melalui tiga cara; Idea hadir di dalam benda, idea-idea
berpartisipasi
dalam kongkret, dan idea merupakan model atau contoh
(paradigma)
bagi benda konkret. Pembagian dunia ini
pada gilirannya juga
memberikam
dua pengenalan. Pertama pengenalan
tentang idea; inilah
pengenalan
yang sebenarnya. Pengenalan yang dapat
dicapai oleh rasio ini
disebut
episteme (pengetahuan) dan bersifat, teguh, jelas, dan tidak
berubah.
Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum sofis. Kedua,
pengenalan
tentang benda-benda disebut doxa (pendapat), dan bersifat tidak
tetap
dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca
indera.
Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan
besar
filsafat pra-socratik yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan
pandangan
yang ada-ada-nya Parmenides. Keduanya
benar, dunia inderawi
memang
selalu berubah sedangkan dunia idea tidak pernah berubah dan abadi.
Memang
jiwa Plato berpendapat bahwa jika itu baka, lantaran terdapat
kesamaan
antara jiwa dan idea. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada
sebelum
hidup di bumi. Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami
pra
eksistensi dimana ia memandang idea-idea. Berdasarkan pandangannya
ini,
Plato lebih lanjut berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain
adalah
pengingatan (anamnenis) terhadap idea-idea yang telah dilihat pada
waktu pra-eksistansi.
Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut
penjara.
Plato juga mengatakan, sebagaimana manusia, jagat raya juga
memiliki
jiwa dan jiwa dunia diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia.
Plato
juga membuat uraian tentang negara. Tetapi jasanya terbesar
adalah
usahanya membuka sekolah yang bertujuan ilmiah. Sekolahnya diberi
nama
"Akademia" yang paling didedikasikan kepada pahlawan yang bernama
Akademos.
Mata pelajaran yang paling diperhatikan adalah ilmu
pasti.
Menurut cerita tradisi, di pintu masuk akademia terdapat
tulisan;
"yang belum mempelajari matematika janganlah masuk di sini".
Aristoteles.
Ia
berpendapat bahwa seorang tidak dapat mengetahui suatu obyek jika ia
tidak
dapat mengatakan pengetahuan itu pada orang lain. Barangkali dengan
pandangannya
yang seperti ini jumlah karyanya sangat banyak bisa
dijelaskan.
Spektrum pengetahuan yang diminati oleh Aristoteles luas
sekali,
barangkali seluas lapangan pengetahuan itu sendiri. Menurutnya
pengetahuan
manusia dapat disistemasikan sebagai berikut;
Pengetahuan
--------------------------------------------------------------------
Teoritis Praktis Produktif
-------------------------------------- --------------- -----------
Teologi/metafisik Matematika Fisika Etika Politik
Seni
---------------------- --------
Ilmu Hitung Ilmu Ukur Retorika
Aristoteles
berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu pengetahuan
tersendiri,
tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan berfikir
secara
ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, logika diuraikan
secara
sistematis. Tidak dapat dibantah bahwa
logika Aristoteles
memainkan
peranan penting dalam sejarah intelektual manusia; tidaklah
berlebihan
bila Immanuel Kant mengatakan bahwa sejak Aristoteles logika
tidak
maju selangkahpun.
Mengenai
pengetahuan, Aristoteles mengatakan bahwa pengetahuan dapat
dihasilkan
melalui jalan induksi dan jalan deduksi, Induksi mengandalkan
panca
indera yang "lemah", sedangkan deduksi lepas dari pengetahuan
inderawi.
Karena itu dalam logikanya Aristoteles sangat banyak memberi
tempat
pada deduksi yang dipandangnya sebagai jalan sempurna menuju
pengetahuan
baru. Salah satu cara Aristoteles mempraktekkan deduksi adalah
Syllogismos
(silogosme).
a.
Fisika
Di dalam
fisikanya, Aristoteles mempelajari dan membagi gerak
(kinetis)
menjadi dua; gerak spontan dan gerak karena kekerasan. Gerak
spontan yang diartikan sebagai perubahan secara umum
dikelompokkan
menjadi
gerak subsitusional yakni sesuatu menjadi sesuatu yang lain
seperti
seekor anjing mati dan gerak aksidental yakni perubahan yang
menyangkut
salah satu aspek saja. Gerak aksidental ini berlangsung melalui
tiga
cara; yaitu gerak lokal seperti meja pindah dari satu tempat ke
tempat
lain, gerak kualitatif seperti daun hijau menjadi kuning, dan gerak
kuantitatif
seperti pohon tumbuh membesar. Dalam setiap gerak ada
1)
keadaan terdahulu, 2) keadaan baru, dan 3) substratum yang
tetap.
Sebagai contoh air dingin menjadi panas; dengan dingin sebagai
keadaan
terlebih dahulu, panas sebagai keadaan baru dan air sebagai
substratum.
Analisa
gerak ini menuntut kita membedakan antara aktus dan
potensi.
Dalam fase pertama panas menjadi potensi air dan pada fase kedua
panas
manjadi aktus. Aristoteles juga mengintrodusir pengertian bentuk
(morphe
atau eidos) dan materi (hyle) ke dalam analisa geraknya. Dalam
contoh
air dingin menjadi panas, air sebagai hyle dan dingin serta panas
sebagai
morphe.
Aristoteles
berpendapat behwa setiap kejadian mempunyai empat sebab
yang
harus disebut. Keempat sebab tersebut adalah penyebab efisien sebagai
sumber
kejadian, penyebab final sebagai tujuan atau arah kejadian,
penyebab
material sebagai bahan tempat kejadian tempat berlangsung dan
penyebab
formal sebagai bentuk menyusun bahan. Keempat kejadian ini
berlaku
untuk semua kejadian alamiah maupun yang disebabkan oleh manusia.
Aristoteles
juga membicarakan phisis sebagai prinsip perkembangan yang
terdapat
dalam semua benda alamiah. Semua benda mempunyai sumber gerak
atau
diam dalam dirinya sendiri. Pohon kecil tumbuh besar karena
phisisnya,
pohon tetap tinggal pohon berkat phisis atau
kodratnya.
Mengenai alam, Aristoteles berpendirian bahwa dunia ini
bergantung
pada tujuan (telos) itu. Ia mengatakan "Alam tidak membuat
sesuatupun
dengan sia-sia dan tidak membuat sesuatu yang berlebihan", atau
katanya
lagi: "Alam berindak seolah-olah ia mengetahui konsekuensi
perbuatannya".
Teologi ini mencakup juga alam yang tidak hidup yang
terdiri
dari empat anasir api, udara, air dan tanah. Aristoteles
mengatakan
bahwa setiap anasir menuju ketempat kodratinya (locus
naturalis).
Berkaitan
dengan jagat raya Aristoteles mengatakan bahwa kosmos
terdiri
dari dua wilayah yaitu wilayah sublunar (di bawah bulan) dan
wilayah
yang meliputi bulan, planet-planet dan bintang-bintang. Jagat raya
berbentuk
bola dan terbatas, tetapi tidak mempunyai permulaan dan
kekal.
Badan-badan jagat raya diluar bumi semua terdiri dari anasir kelima
yaitu
ether yang tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat berubah menjadi
anasir
lain. Gerak kodrati anasir ini adalah melingkar. Berkaitan dengan
jagat
raya ini Aristoteles mempunyai pandangan yang masyhur mengenai
penggerak
pertama yang tidak digerakkan.
b.
Psikologi
Menurut
Aristoteles jiwa dan badan dipandang sebagai dua aspek dari
satu
substansi. Badan adalah materi dan jiwa dalam bentuk dan
masing-masing berperan sebagai potensi dan aktus. Pada
manusia, jiwa dan
tumbuh
merupakan dua aspek dari substansi yang sama yakni
manusia.
Anggapan ini mempunyai konsekuensi bahwa jiwa tidak kekal karena
jiwa
tidak dapat hidup tanpa materi.
Potensi
dan aktus juga mempunyai dalam pengenalan inderawi. kita
menerima
bentuk tanpa materi. Pengenalan inderawi tidak lain adalah
peralihan
dari potensi ke aktus suatu organ tubuh dari aktus
obyek.
Sebagaimana proses pengenalan inderawi dalam pengenalan rasional
bentuk
tepatnya bentuk intelektual diterima oleh rasio. Bentuk intelektual
ialah
bentuk hakikat atau esensi suatu benda. Fungsi rasio dibagi menjadi
dua
macam yaitu rasio pasif (nus pathetikos) yang menerima esensi dan
rasio
aktif (nus poitikos) yang "membentuk" esensi.
c.
Metafisika
Ta meta
ta physica berarti hal-hal sesudah hak-hal fisis. Metafisika
merupakan
pengetahuan yang semata-mata berkaitan dengan tuhan dan fenomena
yang
terpisah dari alam. Di dalam Metaphysica-nya Aristoteles membahas
Penggerak
Utama. Gerak utama di jagat raya tidak mempunyai permulaan
maupun
penghabisan. Karena setiap sesuatu yang bergerak, digerakkan oleh
sesuatu
yang lain perlulah menerima satu Penggerak Pertama yang
menyebabkan
gerak itu, tetapi ia sendiri tidak digerakkan. Penggerak ini
sama
sekali lepas dari materi, karena segalanya yang mempunyai meteri
mempunyai
potensi untuk bergerak. Allah sebagai Penggerak Pertama tidak
mempunyai
potensi apapun juga dan Allah harus dianggap sebagai aktus
murni.
Allah bersifat immaterial atau tak badani, Ia harus disamakan
dengan
kesadaran atau pemikirannya. Karena itu aktifitas-Nya tidak lain
adalah
berpikir saja dan Allah merupakan pemikiran yang memandang
pemikirannya.
Allah sebagai penyebab final dari gerak jagat raya
ini;
segala sesuatu pengejar penggerak yang sempurna dan Ia menggerakkan
karena
dicintai.
Ajaran
lain dari Aristoteles adalah tentang filsafat praktis yaitu
etika
dan politika. Lanjut di sini. Dalam filsafat, Aristoteles disebut
sebagai
tokoh madzhab peripatis (peripatos, berjalan-jalan) yang
menyadarkan
diri pada deduksi untuk memperoleh kebijaksanaan. Sedangkan
gurunya,
Plato merupakan tokoh madzhab illuminasionis yang juga
mengandalkan
jalan hati, asketisme dan penyucian jiwa dalam menyingkap
realitas.
[] dari
berbagai sumber.